Toyani |
Solo tinggal memeiliki 100 hektare
sawah. Sebanyak 12 hektare dari sawah
tersebut tidak bisa ditanami karena tidak mendapatkan pasokan air. Petani di
Sumber dan Banyuanyar banyak yang menangis karena sawah garapan mereka tidak
bisa ditanami sehingga tidak mempunyai penghasilan.
Padahal pada tahun 2012 Pemerintah
Kota telah mencanangkan sawah yang ada di Solo menjadi lahan abadi atau lestari sebagai kawasan sabuk hijau.
Kenyataannya sawah tersebut sebagian tidak bisa digarap. Satu-satunya saluran
irigasi di Jl. Adi Sumarmo sepanjang + 500 m telah
tersumbat sedimen lumpur sehingga mampet, air tidak bisa mengalir.
Harapan para petani Pemerintah bisa mengatasi
saluran ini dengan memperbaiki saluran sehingga air bisa mengalir lagi atau
mugkin keduk lumpur, dengan harapan seperti ini petani bisa mendapat
penghasilan yang baik.
Kami sebagai petani sudah mencari
solusi kemana-mana sampai ke dewan pun telah kami tempuh. Namun kenyataannya
hasil nihil, dengan demikian kepada siapa kami rakyat kecil ini mengadu ! Toyani
-Gapoktan
Karya peserta training jurnalistik warga kerjasama FISIP UNS dan Pattiro Surakarta, Agustus 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar