Kamis, 30 Oktober 2014

Petani Solo (Terakhir) Menangis

Toyani
Solo tinggal memeiliki 100 hektare sawah.  Sebanyak 12 hektare dari sawah tersebut tidak bisa ditanami karena tidak mendapatkan pasokan air. Petani di Sumber dan Banyuanyar banyak yang menangis karena sawah garapan mereka tidak bisa ditanami sehingga tidak mempunyai penghasilan.
Padahal pada tahun 2012 Pemerintah Kota telah mencanangkan sawah yang ada di Solo menjadi lahan abadi atau  lestari sebagai kawasan sabuk hijau. Kenyataannya sawah tersebut sebagian tidak bisa digarap. Satu-satunya saluran irigasi di Jl. Adi Sumarmo sepanjang + 500 m telah tersumbat sedimen lumpur sehingga mampet, air tidak bisa mengalir.
 Harapan para petani Pemerintah bisa mengatasi saluran ini dengan memperbaiki saluran sehingga air bisa mengalir lagi atau mugkin keduk lumpur, dengan harapan seperti ini petani bisa mendapat penghasilan yang baik.
Kami sebagai petani sudah mencari solusi kemana-mana sampai ke dewan pun telah kami tempuh. Namun kenyataannya hasil nihil, dengan demikian kepada siapa kami rakyat kecil ini mengadu ! Toyani -Gapoktan








Karya peserta training jurnalistik warga kerjasama FISIP UNS dan Pattiro Surakarta, Agustus 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar