Rabu, 29 Oktober 2014

PKL RSUD Moewardi Butuh Gerobak Dorong

SOLO-Sejumlah Pedagang Kaki Lima (PKL) di sekitar Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Moewardi membutuhkan gerobak dorong. Pemkot Surakarta melarang mereka menggunakan lapak semi permanen ketika berjualan di jalur lambat Jl. Kol Soetarto.

Salah seorang PKL, Salamah, 60, mengatakan larangan Pemkot muncul sejak bulan Juni 2014. “Pemkot menyuruh kami menggunakan gerobak yang bisa didorong. Namun, pemerintah hanya melarang dan menyuruh saja tanpa memberikan bantuan jalan keluar kepada kami,” kata Salamah saat ditemui di tempat jualannya di depan RSUD Dr. Moewardi, Jumat 8 Agustus 2014.

Sampai saat ini belum ada bantuan dari pemerintah kota bahkan PKL diperintahkan  membeli  gerobak sendiri. ” Apa pemerintah tidak tahu kami ini hanya masyarakat kecil,cari untung dari jualan saja pas-pasan untuk makan. La terus saking pundi artone ge tumbas gerobak?” kata Salamah.

Padahal harga gerobak dorong Rp 2 juta sampai Rp 3 juta. Bila mau membeli, PKL  harus berutang dulu. Ditambah saya harus jualan, agar ada pemasukan.  Kalaupun ada gerobag maka Saya juga sudah tua tidak mampu mendorong gerobak. Akhirnya saya mengeluarkan uang tambah Rp. 20.000 per hari membayar tenaga pendorong gerobak.


Salamah menyatakan bahwa Pemkot pernah menjanjikan membelikan gerobak. Dia berharap bantuan gerobak akan membuat mereka nyaman, tenang, dan tidak lagi merasa khawatir digusur. Dia menyatakan PKL siap diatur dan ditempatkan di lokasi khusus untuk berjualan. (Alex Taufiq) 

Hasil Peserta Training Jurnalistik Warga FISIP UNS kerjasama dengan Pattiro Surakarta
Agustus 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar