Solo. Ternyata berjuang menjadi kader posyandu itu tidak mudah. Banyak rintangan yang ditemui disaat mereka melaksanakan tugas-tugasnya. Hal ini terungkap dalam diskusi FKKP (Forum Komunikasi Keluarga Posyandu) Surakarta, Senin, (18/5/13) di Gedung DPKS (Dewan Pendidikan Kota Surakarta).
Ternyata di Kota Surakarta masih
banyak permasalahan posyandu. Antara lain: Di Pasar Kliwon, kel semanggi. Ada yang satu RW 1 posyandu
ada yang 3 posyandu, kader kurang (kader Cuma 1, jadi susah untuk bagi tugas)
karena kerja-kerja posyandu bukan hanya menimbang tapi juga banyak kegiatan
posyandu yang lain.
Kader posyandu itu juga termasuk
anggota PKK. Akan tetapi banyak masyarakat yang tidak tahu sehingga tidak ikut
berpartisipasi. Untuk itu perlunya sosialisasi apa itu posyandu. Dan juga
adanya kaderisasi. Contoh yang bagus di Pasar Kliwon sudah ada kader tiap
posyandu 10 orang sehingga bisa saling berbagi tugas.
Permasalahan yang lainnya adanya beda
visi antara puskesmas Sangkrah & Gajahan. Misal untuk membentuk posyandu
ada yang mudah ada yang sudah. Itu juga sangat berpengaruh dalam pendirian
posyandu. Ada juga posyandu yang suruh membubarkan karena balita kurang dari 20
orang. Kepengurusan posyandu dibentuk dalam PKK idealnya Pusksemas sebagai
mitra tidak boleh mencampuri internal kepengurusan.
Masyarakat juga pingin tahu pengertian
struktur posyandu itu seperti apa dari puskesmas? Karena dilapangan posyandu
yang punya anak balita sedikit merasa tidak enak pingin gabung tidak ada yang
digabungkan.
Memang dalam sudah ada aturan dari DKK
setiap 2 tahun Posyandu ganti pengurus
tapi susah dilapangan karena susah