Selasa, 04 Agustus 2015

Sang Inovator Bangsa

Sudah sepuluh tahun lebih Indonesia memasuki era Reformasi. Tuntutan perubahan yang diteriakan oleh mahasiswa, penggebrak rezim Soeharto ternyata belum mampu menyentuh sendi-sendi masyarakat yang berkeadilan. Salah satu bukti reformasi adalah kebebasan berekspresi. Kini pers tak lagi mendapat pengekangan dari pemerintah. Kebenaran dapat diungkap hingga akarnya. Sayangnya,tak sedikit pihak yang memanfaatkan pers sebagai alat untuk memperluas kekuasaan dan sarana pencitraan demi meraup suara.
Disisi lain, korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) masih menjadi ‘penyakit’ bagi bangsa ini. Seperi berita yang dilansir SuaraMerdeka (4/8/2015), KPK baru saja mengungkap kasus suap hakim PTUN oleh gubernur Sumatera Utara.Teori pembangunanTrickle Down Effect yang dicetuskan pada masa Soeharto belum mampu membuahkan hasil. Sebab,tak ada pemerataan pembangunan. Di negeri ini yang kaya semakin kaya sedangkan yang miskin semakin terdesak dengan masalah kesejahteraan. Mengutip Republika online (2/1/2015), ada tambahan penduduk miskin sekitar 1,9 juta jiwapadatahun 2015. Setelah sebelumnya pada tahun 2014mencapai 11,25 persen atau 28,28 juta jiwa.
Melihat fenomena ini, perwujudan Pancasila menjadi utopis dan semakin jauh dari realita. Namun, taksalah bila bangsa ini masih menyimpan harapan kesejahteraan pada kelima butir yang tercantum pada dasar Negara tersebut. Sebab, masyarakat sipil memiliki hak dalam menyuarakan aspirasi mereka. Mengkritik pemerintah kini bukanlah hal yang tabu. Siapapun dapat menuangkan pendapat, sekalipun bertentangan dengan pemerintah. Karena kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat telah diatur secara konstitusi, pada UUD 1945 pasal 28 ayat 3.

Meskipun demikian, tidak banyak masyarakat sipil yang paham dengan hak mereka. Masyarakat memerlukan sebuah wadah yang mampu menyadarkan serta menampung dan mengolah suara mereka agar mendapat respondaripihak yang berwenang. Keberadaan wadah ini merupakan wujud inovasi dan inisiasi, yang berpotensi dapat mengantar Negara ini pada harapan reformasi. Pada pencapaian hidup berbangsa yang berdasar pada Pancasila sebagai dasar negara.
Pattiro Surakarta, WujudI novasi dalam Mengejar Cita-cita Bangsa
Pusat Telaah dan Informasi Regional (Pattiro) Surakarta merupakan lembaga swadaya masyarakat yang berkonsentrasi pada upaya mewujudkan tata pemerintahan yang baik. Pemerintah selaku birokrat Negara akan jauh dari ideal apabila berjalan sendiri. Reformasipun akan sia-sia apabila perjalanannya hanya diserahkan kepada pejabat pemerintah. Maka, perlu adanya keterlibatan dari masyarakat sipil. Pattiro Surakarta kemudian hadir untuk mendengar suara masyarakat tingkat akar rumput,untuk kemudian diteruskan kepada para pemangku kebijakan.
Pattiro Surakarta berdiri sejak tahun 2000 dan telah menghasilkan beberapa kegiatan perubahan bagi kota Surakarta, salah satunya adalah terwujudnya transparansi anggaran. Advokasi yang dilakukan olehPattiro Surakarta berhasil mengalokasikan APBD sebesar 20% untuk pendidikan. Selain itu, lembaga ini telah berhasil memfasilitasi terbentuknya komunitas akar rumput yang sadar akan hak dan kewajibannya sebagai wargan egara. Hal ini tentu dapat menjadi sarana bagi masyarakat sipil dalam mengawal jalannya pemerintahan menujutata pemerintahan yang baik.
Lembaga yang memiliki visiter wujud nyata takelola penganggaran daerah dan pelayanan publik yang responsif, transparan serta akun table untuk tahun 2015-2020 ini senantiasa berupaya menjadi mitra pemerintah dan masyarakat marginal. Peran ini tentu akan sulit dilakukan apabila sumber daya manusia (SDM) Pattiro tidakmemiliki keterampilan. Baik dalam melakukan pendekatan dan proses lobby dengan pemerintah, maupun saat memposisikan diri ditengah masyarakat. Sebagai sang inovatorbangsa, Pattiro Surakarta akan senantiasa berupaya bersama dengan masyarakat sipil dan pemerintah mendorong terwujudnya harapanreformasi.

Oleh: Amalina Niara Putri
Pegiat Magang Pattiro Surakarta

Referensi:
·      Kelana, Irwan (ed). 2015. Tantangan Kemiskinan pada 2015. Diunduh melalui http://www.republika.co.id/berita/koran/pareto/15/01/02/nhjny6-tantangan- kemiskinan-pada-2015 padatanggal 4/8/15
·      Anonim.2015. Gatot di Cipinang Evy di Rutan KPK. Media cetak harian Suara Merdeka terbit padaS elasa, 4 Agustus 2015

·      Video profilPattiro yang diunduh melalui youtube

1 komentar: