Minggu, 18 Mei 2008
Jika kita kembali mengingat tentang apa yang diinginkan dalam agenda reformasi tentu banyak pekerjaan rumah (PR) yang semestinya kita kerjakan. Salah satunya adalah penuntasan masalah korupsi. Sampai hari ini masih sangat banyak kasus korupsi yang belum tertangani. Belum tuntas pengusutan masalah korupsi di era orde baru ternyata saat ini yang kataanya sudah memasuki era reformasi masalah korupsi justru semakin bertambah dengan banyaknya kasus baru yang muncul. Para tokoh baru yang dulunya diharapkan bisa mengedepankan agenda reformasi justru malah jadi koruptor lebih parah daripada masa sebelumnya. Bahkan bukan hanya personal yang melakukan tapi tanpa malu-malu justru melakukan korupsi dengan berjamaah.
Jika kita kembali mengingat tentang apa yang diinginkan dalam agenda reformasi tentu banyak pekerjaan rumah (PR) yang semestinya kita kerjakan. Salah satunya adalah penuntasan masalah korupsi. Sampai hari ini masih sangat banyak kasus korupsi yang belum tertangani. Belum tuntas pengusutan masalah korupsi di era orde baru ternyata saat ini yang kataanya sudah memasuki era reformasi masalah korupsi justru semakin bertambah dengan banyaknya kasus baru yang muncul. Para tokoh baru yang dulunya diharapkan bisa mengedepankan agenda reformasi justru malah jadi koruptor lebih parah daripada masa sebelumnya. Bahkan bukan hanya personal yang melakukan tapi tanpa malu-malu justru melakukan korupsi dengan berjamaah.
Kita tidak bisa menutup mata bahwa pada kenyataanya dengan adanya reformasi banyak tokoh baru yang muncul. Satu sisi dengan adanya tokoh baru itu diharapkan bisa mendorong semangat untuk mengadakan berbagai perubahan yang memang diharapkan untuk kemajuan negara ini. Akan tetapi, disisi lain kita juga banyak menemui adanya ketidaksiapan tokoh baru tersebut untuk mengawal reformasi entah karena factor kapabilitas, kecakapan atau persoalan lainnya. Akibatnya banyak tokoh baru yang diharap-harapkan bisa menyelesaikan persoalan bangsa justru hanya sibuk mengurus dirinya sendiri. Bahkan justru semakin memperparah kondisi negara ini dengan berbagai permasalahan yang diakibatkan oleh ulah mereka. Sebagai contoh adalah adanya korupsi berjamaah kalangan legislatif.
Korupsi berjamaah anggota legislatif dimasa reformasi yang baru banyak terungkap diakhir masa jabatannya tentu juga membuat persoalan baru. Bagi anggota legislatif sendiri menyisakan beban psikologis sendiri pada generasi sesudahnya. Para anggota legislatif yang dulu sebelum terpilih berniat untuk bertindak untuk menyuarakan rakyat menjadi takut bertidak bahkan pasif hingga tidak aneh lagi jika setelah mereka duduk di kursi legislatif justru hanya sibuk mengurusi keamaanannya sendiri agar tidak terancam. Hal ini tidak lepas dengan adanya ketakutan mereka jika nantinya kebijakan yang dikeluarkannya justru akan membuatnya masuk kepenjara paska mereka lengser dari jabatannya. Akhirnya yang terjadi bukan peningkatan kinerja legislatif akan tetapi justru adanya degradasi kinerja yang mereka lakukan. Maka tidak aneh kalau banyak yang bilang jika kinerja legislatif sekarang lebih buruk dari sebelumnya meski tidak semuanya.
Lalu kepada siapa lagi rakyat akan menyampaikan aspirasiya jika para wakil rakyat semakin sedikit yang tetap memperjuangkan rakyat? Apakah rakyat yang dalam memenuhi kebutuhannya sendiri saja sudah kesusahan juga harus dituntut untuk selalu dan selalu terlibat dalam setiap kebijakan publik yang seharusnya menjadi tugas para wakilnya. Lalu apa yang dilakukan oleh para wakil rakyat tersebut jika mereka hanya sibuk mengurusi dirinya sendiri? Buat apa mereka diberi belanja negara jika persoalan bangsa yang seharusnya ditanganinya hanya dilihat saja. Buat apa mereka diberi berbagai fasilitas yang wah jika ngantor saja tidak mau apalagi turun kebasis. Apakah para wakil rakyat hanya akan bekerja jika ada insentifnya. Jika seperti ini terus kapan negeri ini akan bisa menciptakan kemakmuran bagi rakyatnya?
Tentunya bagaimanapun kita tetap menginginkan negara ini tetap bisa eksis dipertahankan dan dapat menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada. Akan tetapi jika rakyat hanya diberi sajian dengan hal-hal yang justru semakin memperlihatkan ketidakkonsistenan para pejabat publik menjalankan tugasnya tentu ini kita tidak ingin hal itu terus berlanjut. Jika realitasnya hal tersebut tidak berusaha diperbaiki maka akan jadi seperti apa negeri ini.
Sebelum masalah itu semakin berlanjut maka melalui peringatan hari kebangkitan nasional 2007 beberapa waktu yang lalu kita perlu kembali mengajak seluruh elemen bangsa, pejabat publik terutama anggota legislatif agar tidak hanya sibuk mengurus kelompoknya atau bahkan pribadinya. Berbagai persoalan bangsa yang lebih utama masih membutuhkan kinerja mereka. Ingatlah bagaimana para pendahulu kita yang sudah berjuang dengan berbagai pengorbanannya untuk membentuk negara merdeka dengan berbagai tujuan mulia yang seharusnya tetap kita teruskan. Wahai wakilku yang duduk di legislatif kembalilah kalian untuk gencar menyuarakan rakyat dan ikut menuntaskan berbagai persoalan bangsa yang ada dinegeri ini. Janganlan kalian hanya sibuk bertengkar dalam urusan kalian sendiri sehingga semakin terbengkelailah urusan negeri ini. Rakyat negeri ini masih butuh para pemimpin, para pejabat yang tetap konsisten membela hak-hak rakyat banyak.
oleh: Sulatri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar