Kantor
NU Surakarta, (19/7/13).
Diskusi “Mengenal APBD dalam rangka mendorong
peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Pengawasan Pelayanan Publik di Kota
Surakarta” yang dilakukan oleh Fosminsa (Forum Studi dan Silaturohmi Warga
Nahdhotul Ulama Surakarta) berkerjasama dengan Pattiro Surakarta diawali dengan
materi tentang pentingnya masyarakat sipil untuk memantau anggaran negara.
Disitu dijelaskan bahwa anggaran publik merupakan salah satu masalah penting
yang ditangani oleh pemerintah. Disana masyarakat sipil mempunyai tiga hak
yaitu: hak alokasi, hak politik dan hak informasi.
Dalam
anggaran juga dijelaskan tentang siklus anggaran dan berbagai proses realisasi
anggaran. Realisasi anggaran pemerintah sering meyimpang dari anggaran karena
beberapa sebab antara lain: Sistem manajemen keuangan yang buruk, Korupsi, Pengalihan
dana. Penggunaan cadangan untuk kejadian tak terduga, pendanaan kurang, bantuan
dari luar anggaran dan pengawasan yang lemah.
Dalam proses partisipasi anggaran
itu dimulai dari proses perencanaan, pengawasan pelaksanaan dan evaluasi
realisasi anggaran. Setelah dijelaskan akan hal-hal terkait dengan materi para
peserta sebagian baru menyadari bahwa selama ini memang mereka tidak tahu
tentang anggaran.
Tapi ada juga peserta yang sudah
aktif terlibat dalam proses anggaran. Ia mengungkapkan bahwa selama ini anggaran
publik lebih banyak didominasi oleh eksekutif. Baik alokasi maupun politiknya. Kenapa
anggaran untuk eksekutif selalu didahulukan sedang anggaran untuk masyarakat
dinomorduakan. Masyarakat sering hanya menjadi alat legitimasi seolah
perencanaan anggaran itu sudah partisipatif padahal belum. Masyarakat sendiri
sering terpukau diam saja ketika diundang untuk forum anggaran tingkat kota dan
tidak memanfaatkannya untuk berpartisipasi.
Sedang dari komunitas ini melihat
bahwa memang berbagai banon NU lebih suka membuat proposal-proposal ke personal
atau instasi swasta untuk membuat kegiatan-kegiatan organisasi agar tetap
berjalan. Mereka jarang sekali mencoba memanfaatkan untuk bisa mengakses
anggaran dari APBD/N. Hal ini karena tidak hanya karena ketidaktahuan informasi
anggaran publik tapi juga memang budayanya yang tidak mau tahu dan belajar
anggaran. Bahkan hingga saat ini komunitas ini belum dilibatkan dalam proses
perencanaan APBD padahal kegiatan-kegiatanya aktif di masyarakat.
oleh: Sulatri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar