Rabu, 27 Oktober 2010

Menuju Dasawarsa Kedua Pattiro Surakarta:

Itulah salah satu hal yang cukup santer diungkapkan dari Stakeholder Pattiro dalam seminar “Konsultasitasi Publik, Pattiro Surakarta, Menuju Dasawarsa Kedua”, Senin, 4 Oktober 2010 di Graha Nikat Rasa Surakarta. Selain itu Pattiro diharapkan bisa menyajikan akan informasi-informasi kebijakan public khususnya anggaran yang mudah dipahami masyarakat.

Memang banyak diakui bahwa Pattiro itu seringkali tampil di media massa. Di Surakarta masih jarang NGO yang bisa tampil media massa. Padahal dalam hal advokasi mereka juga tidak kalah dengan Pattiro. Ini salah satu hal yang bisa menjadi positif sekaligus negative.

Positif artinya bisa bisa bersinergi dengan Media (ajang Publikasi & kerjasama). Negatifnya jika kita seringnya tampil dimedia hanya menjadi selibritis artinya tidak bisa mengarahkan media tapi cenderung ajang konsumsi media sehingga greget advokasi kita terlantarkan.

Dalam kegiatan tersebut Pattiro mengundang Nara Sumber Ir Joko Widodo (Walikota Surakarta) tidak hadir karena sedang bersamaan agenda yang lain, KH Dian Nafi’, Pendiri Pattiro Surakarta dan juga Pimpinan PP Mahasiswa Al Muayyad Windan. Dan juga Rakhmat Wahyudi (Akuntan Publik di Kota Solo)
.

“Konsultasi public tersebut bertujuan untuk meminta masukan dari stakehoder Pattiro baik dari kalangan NGO, Eksekutif, Legislatif, BEM, Ormas, Tomas, Organ Ekstra Mahasiswa, Akademisi dan Basis dampingan Pattiro untuk perbaikan-perbaikan Pattiro di dasa warsa kedua”, Ungkap Alif Basuki dalam sambutannya selaku Direktur Pattiro Surakarta.

KH Dian Nafi selaku pembicara sekaligus Pendiri Pattiro Surakarta menyoroti beberapa hal dari Pattiro Surakarta. Pertama, tentang pengembangan kritis masyarakat. Pengembangan kritis yang dimaksud adalah bahwa keberadaan Pattiro ini semakin berguna di tengah masyarakat untuk meningkatkan dan mengembangkan kekritisan masyarakat. Pengetahuan kritis ini berguna untuk mematangkan kemampuan pikir masyarakat, memperkuat partisipasi kebijakan publik. Manfaat dari pengetahuan kritis ini juga berguna untuk meningkatkan kemampuan berfikir dalam partispasi masyarakat.

Kedua, meningkatkan kekuatan NGO dalam hal mendorong suatu kebijakan publik. Kedepan pattiro lebih berperan dalam peningkatan branding kota surakarta dan beberapa kabupaten disekitarnya. Peningkatan sinergi proponen masyarakat sipil, peningkatan simpul-simpul belajar peningkatan partisipasi publik.

Ketiga, Pattiro diharapkan tidak terjebak dalam satu kasus dan memampukan masyarakat dalam menciptakan suatu kebijakan publik.

Sedang Rahmad Wahyudi lebih melihat adanya keterbukaan dari Pattiro Surakarta dengan melakukan audit lembaga itu merupakan satu langkah bagus dalam hal tranparansi ke public. “Kalau selama ini Pattiro lebih focus mengadvokasi anggaran, maka di kondisi internal kelembagaanpun hal mengenai anggaranpun juga mesti ditata agar lebih baik”, Jelas Rahmad Wahyudi.

Dalam menganalis anggaran APBD Pattiro Diharapkan itu tidak hanya terfokus pada jumlah angka yang tertera akan tetapi bisa juga melihat point-point apa yang bisa dikembangkan dari APBD. Kalau hanya mengandalkan APBD tentu banyak belanja daerah yang belum tercover secara optimal. Maka Pattiro diharapkan juga bisa melihat peluang-peluang apa yang sekiranya belum digarap oleh eksekutif itu bisa lebih berkembang dan bisa menambah income daerah.

Rahmad Wahyudi mengibaratkan bahwa jangan seperti seorang dokter gigi itu yang bisa menganalisa orang itu sakit gigi tapi tidak bisa menyembuhkan. Bahkan kadang tidak tahu bahwa ternyata ada giginya juga sakit kalau tanpa bantu orang lain.

Artinya bahwa lembaga seperti Pattiro itu diharapkan bisa menganalisis permasalahan pihak lain tapi juga bisa memecahkannya. Dan juga bisa mengkoreksi diri di internal lembaga yang juga butuh masukan orang atau lembaga lain untuk memperbaiki diri.

Hampir semua tanggapan hadirin mengaku senang dengan keberadaan Pattiro yang bisa menjadi LSM yang bisa menjadi partnership dari stakeholder pemangku kebijakan baik eksekutif, legislative dan juga CSO untuk mewujudkan good govermence.

Memasuki dasawarsa kedua Pattiro diharapkan bisa melebarkan sayapnya didaerah Soloraya yang meliputi, Solo, Karanganyar, Boyolali, Klaten, Sragen, Wonogiri dan Sukoharjo.

Oleh:
Sulatri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar