Selasa, 23 Desember 2014

Petilasan Saridin Di Bumi Landoh, Jatimulyo (Pati); Sejarah Yang Belum Tersampaikan

Sejarah berdirinya bangunan Petilasan atau bisa diartikan sebagai Pesantren (Perguruan) di Dusun Landoh, Jatimulyo berangkat dari sejarah kerajaan mataram kurang lebih pada tahun 670 M. Pada saat itu, Saridin mengawali babat alas dengan sendirinya. Asal usul Saridin berasal dari Dusun Ngetuk, Tayu. Dari Mataram ke Ngetuk, Saridin jalan kaki menuju wilayah Pati bagian utara tepatnya di Dusun Pesanggrahan, Tayu. Di Dusun Pesanggrahan Saridin mendapatkan kerbau dari Ki Ageng Kiringan dan menuntunnya sampai ke Dusun Jepat, Margotuwu dan Guyangan, hingga akhirnya menetap di Dusun landoh. Di Dusun Landoh, Saridin mendirikan sebuah tempat Perguruan dan mendidik beberapa santri. Para santri datang dari daerah sekitar, seperti Trangkil, Kepoh, Karang Legi dan lain sebagainya. Petilasan itu sampai saat ini masih bisa dijumpai di desa Jatimulyo, Wedarijaksa, Pati. Bangunan itu memiliki luas 7x9 m dan mulai dibangun kurungan tembok pada tahun 1983 M.

Selain mempunyai kesibukan mengajar beberapa santri, Saridin mempunyai kesibukan lain, yakni bertani. Pada saat bertani, Saridin sedang dicari istrinya yang berasal dari dusun Miyono. Setelah keduanya bertemu, istrinya ikut menetap di dusun landoh. Naliko gegeblek dari mataram, sultan mataram silaturahmi ke dusun landoh bersama Retno Jinoli. Namun, pada saat itu Saridin memiliki tugas untuk menentramkan mataram. Dan, sultan mataram menunggu Saridin sambil bertani menggantikan tugas Saridin sebagai petani di dusun landoh. Setelah Saridin kembali dari mataram dan sultan mataram pulang, Retno Jinoli duduk manis (ikut menetap dan kemudian menjadi istri Saridin) di dusun landoh. Setelah duduk manis di dusun ini, Retno Jinoli mempunyai murid-murid (para santri), dan membuat petanen-petanen(pertanian)  sampai seterusnya.. Cerita rakyat yang berkembang saat ini masih simpang siur mengenai jumlah istri Saridin. Ada yang mengatakan dua, tiga, empat dan sebagainya.