Kamis, 04 November 2010

Suasana Mencekam Turut Menyelimuti Bukit Menoreh

Adanya getaran dan letusan Gunung Merapi tadi malam dan dini hari tadi, (5/11) yang dapat dirasakan warga sejauh 25 kilometer dari titik letusan ternyata juga sedikit terasa di Bukit Menoreh (Kabupaten Magelang, Purworejo dan Kulon Progo).

Di Kabupaten Kulon Progo seperti di Kecamatan Girimulyo, Samigaluh, Kalibawang dan beberapa kecamatan yang termasuk Kabupaten Purworejo Jawa Tengah juga mengalami suasana mencekam akibat letusan Gunung Merapi. Perbukitan tersebut juga di selimuti debu yang amat tebal dalam waktu beberapa hari ini. Bahkan saat tulisan ini di buat sekitar Pk 10.00 WIB disana suasananya gelap seperti kalau pada Pk 05.30 WIB dihari-hari normal.

Ketebelan debu dari Merapi sampai 0,5 hingga 1 cm lebih menyelimuti berbagai benda yang ada di Bukit Menoreh. Yang menjadi permasalahan ternyata debu tersebut juga membawa bau Belerang yang sangat tajam baunya membuat sesak nafas dan tentu membawa racun. Ketebalan debu di pohon-pohon banyak menyebabkan pohon-pohon yang mengalami patah dan ambruk karena tidak kuat menahan beban debu tersebut. Dan warga susah mencari air bersih.

Para petani disana sangat kesusahan ketika akan mencari rumput. Pohon-pohon dan dedaunan pada diselumuti abu vulkanik sehingga ketika akan memberi makan ternaknya mereka terpaksa harus mencucinya dengan air dahulu agar sehat dimakan hewan.

Suasana begitu gelap mencekam di perbukitan ini ditambah aliran listrik yang mati membikit suasana semakin sunyi. Para penduduk pada susah bepergian karena alam masih gelap. Sumardiyo, Kaur Keuangan Desa Purwosari Girimulyo menambahkan bahwa, “Suasana Bukit Menoreh saat ini seperti ketika terjadi gempa yang menimpa Jogjakarta dan Klaten tahun 2006”.

Para pegawai dan anak-anak sekolahpun tidak bisa berangkat ke kantor dan ke sekolah karena suasana yang memang sangat mencekam di daerah tersebut. Para tokoh masyarakatpun juga bertindak aktif untuk turut menenangkan masyarakat yang sedang mengalami kepanikan. Ada yang mencoba datang ke Puskesmas untuk meminta masker yang rencana akan dibagikan ke masyarakat. Dan Untuk yang beragama Islam mereka secara berjamaah di Masjid-masjid melakukan istighotsah untuk kebaikan bersama.

Oleh Latri

Getaran Hebat Merapi dari Tekanan Magma Sedalam 6-8 Kilometer

www.tempointeraktif.com


Titik api diam Gunung Merapi terlihat dari Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, Senin (1/11). Merapi masih mengeluarkan awan panas dan guguran material. TEMPO/Arif Wibowo

TEMPO Interaktif, Yogyakarta - Getaran Gunung Merapi dini hari tadi, (5/11) dirasakan warga sejauh 25 kilometer dari titik letusan. Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian ESDM, Surono, mengatakan getaran hebat itu muncul karena tekanan magmanya sangat dalam, dengan kedalaman 6-8 kilometer.

Padahal pada letusan tahun 2006 sebelumnya, tekanan magma hanya pada kedalaman 1-2 kilometer. “Apa yang terjadi sekarang kantong fluida yang begitu dalam, tekanan magma mencapai 6-8 kilometer,” kata Surono kepada Tempo, Jumat, (5/11). Tekanan yang begitu dalam inilah yang membuat letusan Merapi lebih besar dibanding letusan 2006.

Tekanan magna ini diakui Surono sangat besar pengaruhnya. Misalnya, luncuran awan panas yang terjadi tadi malam mencapai 15 kilometer. Jarak getaran dirasakan oleh warga sejauh 20-an kilometer.

Menurut Surono, semburan awan panas dan getaran yang begitu dalam itu hanya mungkin terjadi jika sumber getaran itu jauh di dalam. “Tidak mungkin getarannya sekuat itu kalau sumbernya tidak dalam,” kata Surono.

Membandingkan letusan Merapi tahun 1930, yang waktu itu hujan kerikil mencapai Madura, maka letusan Merapi tahun ini menyerupai tekanan letusan Merapi tahun itu. Menurut Surono, jika tekanannya dangkal, misalnya sedalam 1-2 kilometer, maka letusan yang dihasilkan tidak akan sedahsyat itu.

Mengenai hujan kerikil yang terjadi di sekitar kawasan Cangkringan, Surono mengatakan jika itu terjadi karena tekanan dari dalam yang begitu besar. Dari pantauan Tempo, hujan abu sudah menyelimuti Kota Yogyakarta untuk kedua kalinya. Namun kali ini hujan abu vulkaniknya jauh lebih tebal ketimbang yang pertama. Bahkan tadi malam hujan abu vulkanik terjadi di kawasan pusat Kota Yogyakarta.

Sementara itu mengenai jarak awan membumbung akibat letusan Merapi, Surono mengatakan hingga saat ini pihaknya belum bisa memantau puncak Merapi karena tertutup awan. “Yang jelas jarak tadi pagi jam 05.00 sekitar 4 kilometer, tetapi awannya berdulung-gulung dan susul menyusul,” katanya.

BERNADA RURIT